Kamis, 30 Oktober 2008

Cara menyontek yang benar!!!


Teknik-teknik Jitu Menyontek

Belakangan ini saya kepikiran. Ternyata ujian itu susah banget kalau mau jujur. Belajar seribu satu malam sambil bertapa di Gunung Kidul juga nggak mempan. Untuk lulus ujian kayaknya memang harus nyontek, atau kerjasama sama teman.

Ini saya ada beberapa cara yang bisa dicoba pas ujian, supaya nanti nilai ujiannya bisa lulus dan dianggap pintar. Caranya mudah kok.

***

1. Sebelum ulangan dimulai, siapin dulu kertas contekan di kamar mandi. Pastikan kertas contekannya lengkap dan siap rusak, terus tinggal sembunyiin di kamar mandi. Biasanya sih tempat yang favorit ada di bawah wastafel, di dalam tong sampah, atau di tempat buang air. Nanti pas ulangan dimulai, tinggal izin ke kamar mandi buat liat contekan. Bilang aja mau lihat foto mesum buat refreshing otak, atau kalau nggak mau di-kultum-in sama guru agama, bilang aja mau buang hajat. Jangan lupa, kalau pakai cara yang kedua, pas masuk kelas lagi pasang ekspresi lega seakan-akan habis buang hajat yang sudah ditahan selama 1 bulan.

2. Sebelum ulangan dimulai, fotokopi daftar istilah penting. Jangan lupa fotokopiannya diperkecil, jadi bisa disembunyiin dan diliat pas lagi ngisi jawaban. Biasanya nyembunyiinnya di dalam kaus kaki. Kalau buat cowok, sembunyiin di dalam celana dalam aja biar nggak ada guru yang berani ngecek. Susah-nggaknya ngeluarin contekannya, itu urusanmu.

3. Kalau mau nanya jawaban ke teman, jangan pakai suara. Nanti gampang ketahuan. Jadi kalau mau nengok-nengok dan nanya-nanya, berlagaklah kayak orang gagu, ngomong tapi nggak usah ada suaranya. Teman yang lain pasti langsung ngerti, karena mereka sama-sama gagunya.. eh maksudnya sama-sama nyari jawaban. Kalau ketahuan guru, bilang aja lagi kangen ritual sama saudara jauhmu yang lagi di Ragunan. Itu lho, yang suka monyong-monyongin mulut dan makan pisang.

4. Kalau takut jadi gagu beneran, ada cara lain. Pura-pura batuk bisa jadi cara buat ngasihtau jawaban. Buatlah batuknya yang kenceng dan keras, sampai tenggorokanmu berdarah terus semaput lebih bagus lagi biar kayak lagi kena SARS. Tapi batuknya harus dibuat kayak jawaban pilihan ganda. Misalnya “Aohok ohok” atau “Ehek ehek”. Biar temanmu ngerti.

5. Kalau takut dibawa ke poliklinik/UKS atau semaput beneran gara-gara maksa buat batuk, coba cara nguap. Sama kayak batuk, bikin supaya nguapnya yang kenceng dan nguapnya dibuat kayak jawaban pilihan ganda. Misalnya “Boaah” atau “huEeh”. Berikan penekanan di bagian yang perlu (misalnya huruf B-nya diucapin lebih kenceng pas nguap). Jangan lupa nguapnya yang lebar, biar kalau ada lalat masuk bisa sekalin bertelor di mulutmu.

6. Kalau takut dikira orang yang habis tripping semaleman gara-gara nguap tiap 1 menit sekali, coba cara yang lebih modern. Bawa 2 HP dari rumah, yang satu simpan di tas biar guru ngga curiga, dan yang satu lagi tetap di kantong celana/rok. Jangan lupa disilent dan jangan digetar biar nggak berisik. Habis itu tinggal sms-an sama teman yang lain deh buat nanya jawaban. Biasanya kalau mau lebih enak taro HP-nya di dalam kolong meja, lumayan sekalian sedekah jawaban sama teman di belakangmu yang sama-sama cengonya. Jangan dipake buat ngeliat foto mesum! Kalau itu di kamar mandi aja.

7. Cara gampang lain, minta tukeran soal aja sama teman di depanmu. Jadi, teman di depanmu (yang pintar tentunya! Jangan minta sama yang bego kalau nggak mau sama-sama jadi bego) suruh isi lembar soalnya dari nomor 1 sampai selesai. Pas guru pengawasnya lagi lengah, suruh temanmu jatuhin lembar soalnya ke arahmu. Nanti kamu tinggal sok ngambil pakai tangan kanan, tapi lembar soal yang dibalikin ke temanmu justru lembar soalmu yang dipegang di tangan kiri. Kesempatan ini jangan dipake buat pegang-pegangan tangan ya, jangan pacaran pas lagi ujian!

8. Ada juga cara klasik, mirip-mirip sama cara orang gagu di nomor 3. Pakai kode-kode tangan atau bahasa isyarat. Cara ini gampanglah, dan bisa dipraktekin dengan sering-sering latihan. Kalau kamu autis, lebih gampang lagi, karena orang-orang sudah pada tahu kalau kamu suka terlarut di duniamu sendiri — dan membuat gerakan-gerakan aneh dengan tangan sudah dirasa wajar buat orang kayak kamu.

9. Buat orang yang ritual agamanya relijius (ritualnya doang lho), ada tips bagus supaya temanmu bisa tahu apa jawabanmu. Gunakan istilah-istilah relijius untuk ngasihtau jawaban-jawaban pilihan ganda. Misalnya “Allahu akbar!” untuk jawaban A, “Bismillahirahmanirrahim!” untuk jawaban B, dan seterusnya — kamu mungkin lebih tahu. :PGuru pengawas nggak akan curiga selama kamu nggak bersikap berlebihan dan dikira antek-antek FPI. Ingat! Cara ini nggak berlaku buat orang-orang bejat!

10. Terakhir, mirip sama nomor 9, cari segala hal yang berkaitan dengan nomor soal dan jawaban. Misalnya, kalau lagi musim sepak bola, kamu bisa seujug-ujug ngomong begini, “Ahh.. cedera Eudardo da Silva yang kemarin gila banget deh!” Itu berarti kamu lagi nanya nomor 9 (nomor punggung Eudardo da Silva). Biar aja disangka gila ngomong sendiri, toh kamu memang gi.. eh, memang lagi bingung nyari jawaban. Habis itu tinggal tunggu temen lain yang nyeletuk yang sama-sama gilanya. Misalnya, “Iya, Ah!” berarti jawabannya A. Ingat! Kalau nggak ngerti topiknya, nggak usah ngomong! Cara autis mungkin lebih cocok buatmu.

***

Sekian 10 cara yang saya temukan dalam 1 minggu menjalani Try Out 2 Ujian Nasional yang baru saja selesai. Semoga bermanfaat buat para guru. :P

Rabu, 29 Oktober 2008

Kisah yang menyentuh hati




Kisah pengorbanan adik terhadap kakak


Kisah ini mungkin saja terjadi dalam hidup anda..
Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari
demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung
mereka menghadap ke langit.
Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku.
Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di
sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari
laci ayahku.
Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok,
dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.
“Siapa yang mencuri uang itu?” Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu
takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi
Beliau mengatakan, “Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!”
Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, “Ayah, aku yang melakukannya! “
Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah
begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau
kehabisan nafas.
Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi,
“Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi
yang akan kamu lakukan di masa
mendatang? Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!”
Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya
penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di
pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai
menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya
dan berkata, “Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah
terjadi.” Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup
keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden
tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan
lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8
tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk
masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima
untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok
di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi
bungkus. Saya mendengarnya memberengut, “Kedua anak kita memberikan
hasil yang begitu baik…hasil yang begitu baik…” Ibu mengusap air
matanya yang mengalir dan menghela nafas, “Apa gunanya?
Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”
Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata,
“Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,telah cukup membaca
banyak buku.” Ayah mengayunkan tangannya dan
memukul adikku pada wajahnya. “Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu
keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan
saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!” Dan begitu
kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam
uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku
yang membengkak, dan berkata, “Seorang anak laki-laki harus meneruskan
sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang
kemiskinan ini.” Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi
meneruskan ke universitas.
Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku
meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit
kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan
meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: “Kak, masuk ke
universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang.”
Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang.
Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.
Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku
hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi,
aku akhirnya sampai ke tahun ketiga
(di universitas) .

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika
teman sekamarku masuk dan memberitahukan, “Ada seorang penduduk dusun
menunggumu di luar sana!”
Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar,
dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu
semen dan pasir. Aku menanyakannya, “Mengapa kamu tidak bilang pada
teman sekamarku kamu adalah adikku?” Dia menjawab, tersenyum, “Lihat
bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu
saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu? ” Aku merasa
terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari
adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, “Aku tidak
perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah
adikku bagaimana pun penampilanmu. ..”
Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu.
Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, “Saya melihat semua gadis kota memakainya.
Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu.”
Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis.
Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana.
Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.
“Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk
membersihkan rumah kita!” Tetapi katanya, sambil tersenyum, “Itu adalah
adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu
melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela
baru itu..”
Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku.
Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.
“Apakah itu sakit?” Aku menanyakannya.
“Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi
konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu
tidak menghentikanku bekerja dan…”
Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku.
Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku
mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi
mereka tidak pernah mau.
Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu
harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, “Kak,
jagalah mertuamu saja.
Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini.”
Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku
mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan.
Tetapi adikku menolak tawaran tersebut.
Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.
Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah
kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.
Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya,
saya menggerutu, “Mengapa kamu menolak menjadi manajer?
Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius.
Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?”
Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya.
“Pikirkan kakak ipar–ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak
berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti
itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?”
Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang
sepatah-sepatah: “Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!”
“Mengapa membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun
itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani
dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu
bertanya kepadanya, “Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa
bahkan berpikir ia menjawab, “Kakakku.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan
tidak dapat kuingat. “Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada
dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua
jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.
Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku.
Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.
Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang
begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu,
saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan
baik kepadanya.”
Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.
Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, “Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku.”
Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan
perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.
Semoga Bermanfaat,

1000 Burung Kertas



Sewaktu boy dan girl baru pacaran, boy melipat 1000 burung kertas buat girl, menggantungkannya di dalam kamar girl. Boy mengatakan, 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan hatinya.


Waktu itu, girl dan boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka berdua.


Tetapi pada suatu saat, girl mulai menjauhi boy. Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis, ke Paris tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali-kali itu!!

Sewaktu girl mau mutusin boy, girl bilang sama boy, "Kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa. Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya!! Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik. Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan bagaimana kehidupan kita setelah menikah.!!"


Setelah Girl pergi ke Perancis, Boy bekerja keras, dia pernah menjual koran, menjadi karyawan sementara, bisnis kecil, setiap pekerjaan dia kerjakan dengan sangat baik dan tekun.


Sudah lewat beberapa tahun...
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya , akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan. Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl, dia masih tidak dapat melupakannya.

Pada suatu hari, waktu itu hujan, Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di depan. Dia mengenali mereka, mereka adalah orang tua Girl.

Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil pribadi, tetapi juga mempunyai Vila dan perusahaan sendiri, ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi, dia sekarang adalah seorang Bos. Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang orang tua tersebut.

Hujan terus turun, tanpa henti, biarpun kedua org tua itu memakai payung,tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.


Sewaktu mereka sampai tempat tujuan, Boy tercengang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat pemakaman. Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis terhadapnya.

Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung-burung kertas yang dibuatkan Boy, dalam hujan burung-burung kertas itu terlihat begitu hidup.

Orang tua Girl memberitahu Boy, Girl tidak pergi ke paris, Girl terserang kanker, Girl pergi ke surga. Girl ingin Boy menjadi orang, mempunyai keluarga yang harmonis, maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu. Girl bilang dia sangat mengerti Boy, dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil.

Girl mengatakan, kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi. Boy langsung berlutut, berlutut di depan makam Girl, menangis dengan begitu sedihnya.

Hujan pada hari Ching Ming itu terasa tidak akan berhenti, membasahi sekujur tubuh Boy. Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos, mengingat semua itu, hatinya mulai meneteskan darah.

Sewaktu Orang tua ini keluar dari pemakaman, mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk mereka. Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.


Hatiku tidak pernah menyesal,
Semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku,
Beterbangan di dalam angin
Menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit,
Melewati sungai perak,
Apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,
Hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.
Masa lalu seperti asap, hilang dan tak kan kembali,
Menambah kerinduan di hatiku.
Bagaimanapun dicari,
Jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.

(Lirik langsung ditranslate dari bahasa Mandarin)

Selasa, 28 Oktober 2008

AsaL UsuL HalloWeen


Halloween adalah sebuah perayaan tahunan yg biasa dilakukan setiap tanggal 31 Oktober, tetapi sebenarnya perayaan itu untuk memperingati apa ? Dan bagaimana asal-usul tradisi tersebut ? Apakah benar pendapat sebagian orang yang menyebut bahwa ini adalah semacam perayaan untuk memuja setan ? Ataukah hanya ritual biasa yang diwarisi turun-temurun oleh orang-orang ?

Istilah “Halloween” itu sendiri berasal dari lingkungan gereja-gereja Katolik di Eropa. Kata ini berasal dari pemendekan kalimat “All Hallows Eve” (Malam bagi Orang Kudus). Biasanya pada tanggal 1 November, “All Hallows Eve” adalah hari Katolik untuk menghormati para orang suci/kudus. Tetapi pada abad 5 Sebelum Masehi, di daerah Irlandia Celtic, musim panas biasanya berakhir pada tanggal 31 Oktober. Hari raya di Irlandia itu disebut Samhain (dibaca : sow-en), sekaligus memperingati Tahun Baru Celtic.

Pada tanggal itu, menurut legenda, roh-roh gentayangan dari mereka yang meninggal pada tahun-tahun sebelumnya, akan kembali mencari raga-raga yang masih hidup untuk dihuni hingga setahun berikutnya. Ini dipercaya sebagai satu-satunya jalan bagi roh tersebut untuk hidup selanjutnya. Orang Celtic percaya bahwa semua hukum alam semesta dan waktu akan berhenti pada saat tersebut, sehingga memungkinkan roh-roh tersebut berbaur merasuk ke raga orang yang masih hidup.

Tentu saja, orang yang masih hidup tidak mau raganya dimasuki roh orang yang sudah mati tersebut. Sehingga pada malam di tanggal 31 Oktober, orang-orang pedesaan akan memadamkan api yang ada di rumah mereka, untuk membuat raga mereka dingin dan tidak diminati roh-roh jahat. Mereka kemudian juga berdandan sedemikian rupa dengan kostum-kostum yang menyeramkan dan melakukan pawai yang meriah berkeliling kampung, serta berupaya menimbulkan keramaian yang seramai mungkin untuk menakut-nakuti roh-roh jahat yang mencari tubuh untuk dirasuki.

Kepercayaan akan tradisi ini berubah seiring waktu menjadi lebih diritualkan. Mereka banyak mengenakan kostum berbagai macam hantu dan nenek penyihir.

Tradisi perayaan Halloween ini dibawa ke Amerika pada tahun 1840-an oleh imigran Irlandia untuk membebaskan tanahnya dari bencana kekurangan pangan. Pada masa itu, mereka suka melakukan permainan “trick or treat “. Dengan mengenakan kostum hantu-hantuan, anak-anak biasa berkeliling mendatangi setiap rumah dan mengetuk-ketuk pintu. Tuan rumah biasanya membukakan pintu, kemudian membagikan kue-kue atau permen.

Tradisi unik yang lain di malam Halloween ini adalah dipasangnya wujud kepala boneka yang dibuat dari pahatan pada buah labu, yang dinamakan si Jack-o-lantern (Lentera si Jack). Tradisi ini kemungkinan juga berasal dari cerita rakyat Irlandia. Menurut legenda Irlandia, ada seorang laki-laki bernama Jack, yang terkenal sebagai seorang peminum dan penipu. Pada suatu hari dia menipu Setan dengan cara menyuruh si Setan naik sebuah pohon. Jack kemudian memahat sebuah gambar salib di dahan pohon tersebut, sehingga si Setan terjebak di atas pohon tidak bisa turun. Jack lalu membuat perjanjian dengan si Setan, bahwa jika Setan berjanji tidak akan mengganggu dia lagi maka dia akan menurunkan si Setan dari pohon tersebut.

Masih menurut legenda, sesudah Jack meninggal, arwahnya ditolak untuk masuk surga karena perbuatan buruknya selama hidup, tetapi dia juga ditolak masuk neraka karena dia pernah menipu Setan. Kemudian para setan memberi dia sebuah bara api untuk menerangi jalan di kegelapan. Bara api ini ditaruh di dalam sebuah lobak yang dilobangi bagian dalamnya untuk membuatnya menyala lebih lama.

Pada mulanya, orang Irlandia menggunakan bahan lobak untuk membuat lentera si Jack. Akan tetapi pada saat mereka berimigrasi ke Amerika, mereka menjumpai bahwa lebih mudah untuk menanam labu daripada lobak. Sehingga Lentera si Jack di Amerika adalah berupa buah labu yang dilobangi bagian dalamnya, dan dimasuki semacam obor untuk penerangan.

Sabtu, 25 Oktober 2008

Cerita Mengharukan


Membeli Waktu Ayah
Rudi adalah seorang karyawan peerusaahan yang cukup terkenal di Jakarta, memiliki dua putra. Putra pertama baru berusia 7 tahun bernama Leo dan putra kedua berusia 2 tahun bernama Kristian. Seperti biasa pukul 21.00 Steven sampai di rumahnya di salah satu sudut Jakarta, setelah seharian penuh bekeja di kantornya. Dalam keremangan lampu halaman rumahnya dia melihat Leo putra pertamanya ditemani Bik Yati pembantunya menyambut di gerbang rumah.

"Kok belum tidur Leo?" sapa Rudi sambil mencium anaknya. Biasanya Leo sudah tidur ketika Rudi pulang dari kantor dan baru bangun menjelang Rudi berangkat ke kantor keesokan harinya.

"Leo menunggu Papa pulang, Leo mau tanya, gaji Papa itu berapa sih Pa?" kata Leo sambil membuntuti papanya.

"Ada apa nih kok tanya gaji papa segala?"
"Leo cuma pingin tahu aja kok Pa?
"Baiklah coba Leo hitung sendiri ya. Kerja papa sehari digaji Rp 600.000, nah… selama sebulan rata-rata dihitung 25 hari kerja. Coba hitung berapa gaji papa sebulan?"

"Sehari Papa kerja berapa jam Pa?" tanya Leo lebih lanjut.
"Sehari papa kerja 10 jam Leo, nah hitung sana, Papa mau melepas sepatu dulu."

Leo berlari ke meja belajarnya dan sibuk mencoret-coret dalam kertasnya menghitung gaji papanya. Sementara Rudi melepas sepatu dan meminum teh hangat buatan istri tercintanya.

"Kalau begitu, satu bulan Papa digaji Rp 15.000.000 ya Pa? Dan satu jam papa digaji Rp 60.000" Kata Leo setelah mencorat-coret sebentar dalam kertasnya sambil membuntuti Rudi yang beranjak menuju kamarnya.

"Nah, pinter kamu Leo. Sekarang Leo cuci kaki lalu bobok" perintah Rudi. Namun Leo masih saja membuntuti Rudi sambil terus memandang papanya yang berganti pakaian.

"Pa, boleh tidak Leo pinjam uang Papa Rp 5.000 saja?" tanya Leo dengan hati-hati sambil menundukkan kepalanya.

"Sudahlah Leo, nggak usah macam-macam, untuk apa minta uang malam-malam begini. Kalau mau uang besok saja. Papa ‘kan capek mau mandi dulu. Sekarang Leo tidur supaya besok tidak terlambat ke sekolah!"

"Tapi Pa..."
"Leooo!! Papa bilang tidur!" bentak Rudi mengejutkan Leo.

Segera Leo beranjak menuju kamarnya. Setelah mandi Rudi menengok kamar anaknya dan menjumpai Leo belum tidur. Leo sedang terisak pelan sambil memegangi sejumlah uang. Steven nampak menyesal dengan bentakannya.

Dipegangnya kepala Leo pelan dan berkata:
"Maafkan Papa ya Nak. Papa sayang sekali pada Leo” ditatapnya Leo anaknya dengan penuh kasih sambil ikut berbaring di sampingnya.

"Nah katakan pada Papa, untuk apa sih perlu uang malam-malam begini. Besok ‘kan bisa? Jangankan Rp 5.000, lebih banyak dari itu pun akan Papa kasih."

"Leo nggak minta uang Papa kok, Leo cuma mau pinjam. Nanti akan Leo kembalikan, kalau Leo udah menabung lagi dari uang jajan Leo."

"Iya, tapi untuk apa Leo?" tanya Rudi dengan lembut.

"Leo udah menunggu Papa dari sore tadi, Leo nggak mau tidur sebelum ketemu Papa. Leo pengen ngajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang bahwa waktu papa berharga. Jadi Leo ingin membeli waktu Papa."

"Lalu?" tanya Rudi penuh perhatian dan kelihatan belum mengerti.

"Tadi Leo membuka tabungan, ada Rp 25.000. Tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp 60.000, maka untuk setengah jam berarti Rp 30.000. Uang tabungan Leo kurang Rp. 5.000. Maka Leo ingin pinjam pada Papa. Leo ingin membeli waktu Papa setengah jam saja, untuk menemani Leo main ular tangga. Leo rindu pada Papa." Kata Leo polos dengan masih menyisakan isakannya yang tertahan.

"Rudi terdiam, dan kehilangan kata-kata. Bocah kecil itu dipeluknya erat-erat, bocah kecil yang menyadarkan bahwa cinta bukan hanya sekedar ungkapan kata-kata belaka namun berupa ungkapan perhatian dan kepedulian

Selasa, 21 Oktober 2008

Cerita Akhir Doraemon


Tokyo, Hampir setiap orang pasti kenal dengan tokoh komik Doraemon yang digambarkan sebagai kucing ajaib dengan kantung ajaibnya. Ia selalu membantu temannya Nobita yang selalu ditimpa masalah.

Doraemon sendiri adalah cerita ka
rangan dari penulis Jepang Fujiko F. Fujio yang sudah ada sejak tahun 197. Kisah ini menceritakan tentang kehidupan seorang anak pemalas kelas 4 SD yang bernama Nobi Nobita yang didatangi oleh sebuah robot kucing bernama Doraemon yang datang dari abad ke-22. Dia dikirim untuk menolong Nobita agar keturunan Nobita dapat menikmati kesuksesannya.
Misi Doraemon adalah untuk menolong Nobi Nobita, buyut dari Sewashi,
pemilik Doraemon. Nobita adalah seorang anak yang selalu mengalami nasib sial dan tak punya kemampuan apa-apa. Ia bodoh dalam pelajaran sekolah dan tidak bisa berolahraga.Kehidupan awal Doraemon tidak begitu baik. Ia adalah sebuah robot gagal yang dilelang kepada sebuah keluarga miskin yang terlilit utang, yang tak lain adalah keluarga keturunan Nobi Nobita. Doraemon pernah menjalani masa-masa berat. Ia hanya menjadi penjaga bayi setelah gagal melewati ujian di akademi robot, kedua telinganya hancur setelah digigit robot tikus, catnya luntur akibat ulahnya sendiri, dan masih banyak kisah sedih yang ia lalui di tahun pertama kelahirannya. Sampai suatu ketika, keluarganya mengirimkan ia kembali ke masa lalu, kira-kira 250 tahun yang lalu, zaman dimana Nobita Nobi, leluhur keluarga ini, masih hidup di Tokyo.Nobita hanya berbakat dalam permainan karet gelang tangan dan tidur yang kemampuan ini hampir tak berguna di zaman Jepang modern. Inilah alasan mengapa ia gagal menjalani kehidupannya.
Doraemon dikirim dari masa depan untuk menjadikannya seorang pria yang sukses. Sangat ironis, sebuah robot gagal datang membantu seorang anak yang gagal. Tetapi pada kenyataannya, persahabatan kedua anak ini membuat mereka menjadi seseorang yang lebih baik.Beberapa peralatan yang sering digunakan misalnya adalah baling-baling bambu dan Pintu ke Mana Saja. Sering kali, Nobita berbuat terlalu jauh dalam menggunakan peralatannya dan malah terjerumus ke dalam masalah yang lebih besar.

Sejarah komik ini bermula pada bulan Desember 1969 dimana komik Doraemon terbit berkesinam
bungan dalam 6 judul majalah bulanan anak. Majalah-majalah tersebut adalah majalah Yoiko, Yo-chien , Shogaku Ichinensei , Shogaku Yonnensei. Sejak 1973 majalah Shogaku Gogensei dan Shogaku Rokunensei juga dikeluarkan.Cerita yang terkandung dalam majalah-majalah itu berbeda-beda, yang berarti pengarang cerita ini harus menulis lebih dari 6 cerita setiap bulannya. Pada tahun 1979, CoroCoro Comic diluncurkan sebagai majalah Doraemon.Sejak pertama kali muncul pada tahun 1969, cerita Doraemon telah dikumpulkan dan dibagi ke dalam 45 buku yang dipublikasikan sejak tahun 1974 sampai 1996. Semua buku-buku itu telah terjual lebih dari 80 juta buku pada tahun 1992. Sebagai tambahan, pada tahun 2005, Sho-gakukan menerbitkan sebuah serial tambahan sejumlah 5 jilid dengan judul Doraemon+ (Doraemon Plus), dengan cerita yang berbeda dari 45 volume aslinya.

Awal DoraemonDoraemon tiba di tahun 19
69, pada hari Tahun Baru Jepang. Ia keluar dari laci meja milik Nobita, dan sejak saat itu ia tinggal bersama keluarga Nobita. Setiap kali Nobita tertimpa masalah, Doraemon akan segera membantu dengan alat-alat ajaibnya.Kelihatannya misi Doraemon berhasil, karena ketika mereka menjelajah ke masa depan, Nobita melihat dirinya menikah dengan Shizuka, tidak dengan Jaiko sebagaimana mestinya. Dia juga melihat keturunannya hidup dalam kondisi yang lebih baik daripada ketika Sewashi mengirim Doraemon dulu; bahkan keturunan Nobi mampu membeli robot yang "tidak gagal", Dorami.Dalam serial TV-nya, Doraemon dan Nobita saling bekerja sama untuk memperbaiki kehidupan mereka masing-masing. Mereka saling bekerja sama dan tolong-menolong. Banyak juga cerita yang menampilkan kisah keberanian dan kegigihan mereka untuk mempertahankan persahabatan yang sudah mereka jalin.Sejak tahun 1980-an, banyak sekali bermunculan cerita dan spekulasi tentang akhir kisah Doraemon.

Akhir dari cerita ini bermula ketika Nobita pulang ke rumah dan merengek-rengek mengadu ke Doraemon. Tapi tak lama, ia menyadari ada sesuatu yang salah dengan Doraemon karena robot kesayangannya itu hanya diam dan tak menjawab keluhannya. Ia pun segera menelepon Dorami, adik Doraemon, dan meminta petunjuk darinya. Dorami kemudian memberi tahu bahwa baterai milik Doraemon habis. Lebih jauh lagi, Dorami menjelaskan bahwa robot kucing versi lama seperti Doraemon seharusnya memiliki cadangan baterai pendukung memori di bagian telinga.Namun karena Doraemon telah kehilangan telinganya, ia tidak memiliki tenaga cadangan untuk menyimpan memori dan ingatannya. Satu-satunya cara untuk menghidupkan kembali Doraemon adalah dengan mengganti baterainya, namun itu berarti Doraemon akan kehilangan seluruh ingatan tentang diri dan kawan-kawannya; termasuk tentang Nobita.Disaat bersamaan, polisi-waktu membuat peraturan baru dan melarang adanya perjalanan waktu dan menghalangi Nobita yang berusaha membawa Doraemon untuk diperbaiki di masa depan. Dorami kemudian memberikan pilihan nekat dengan cara menerobos polisi waktu dan memperbaiki Doraemon di masa depan. Nobita yang sangat kehilangan Doraemon kemudian berjanji untuk belajar keras demi Doraemon. Usaha Nobita berhasil, tiga tahun kemudian Nobita lulus SMA dengan nilai terbaik dan menjadi seseorang yang sangat populer di sekolahnya. Meskipun demikian, sifat Nobita yang ceria dan optimistik hilang, ia menjadi seorang kutu buku yang selalu menyendiri.